Rabu, 02 Februari 2022

keadilan Hukum Islam

 *ROBERT CRANE*


*ROBERT CRANE*

Mantan penasehat hukum Presiden Amerika Richard Nixon


Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, punya penasihat namanya Dr. Robert Crane.

Dia punya 2 titel Doktor dari Universitas Harvard, 

(1) bidang hukum umum,

(2) bidang hukum internasional.


Dia juga presiden Asosiasi Hukum Internasional Harvard University. Universitas paling top di Dunia. 


Dia juga menguasai 6 bahasa, dan pendiri Pusat Modernisasi Amerika.


Di masa Presiden Nixon, dia diangkat jadi penasihat hukum Departemen Luar Negeri dan wakil Direktur Utama Keamanan Nasional.


Suatu hari, Presiden Nixon minta dinas inteligen AS untuk mengumpulkan informasi dan menulis laporan tentang Islam Fundamentalis. 


Maka mereka menulis laporan tebal tentang itu.

Lalu Presiden Nixon meminta Crane membaca laporan itu dan meringkasnya.


Crane melaksanakan tugasnya sambil menghadiri ceramah-ceramah dan seminar-seminar tentang Islam untuk memperluas wawasannya.


Ternyata, semua yang dia ketahui tentang Islam membuat Crane terkejut dan sangat terkesan. 


Singkat cerita, dia kemudian masuk Islam dan memilih nama baru yaitu: *Farooq Abdel Haq.* 

Nama yang bermakna: _'Pembeda antara yang hak dan yang batil, hamba Yang Maha Benar. '_


Dia menceritakan sebab masuk Islamnya:


_"Sebagai seorang ahli hukum saya mendapatkan semua hukum yang saya pelajari sudah ada di Islam secara lengkap dan ringkas pula._

_Bahkan ketika saya belajar di Harvard selama beberapa tahun, tidak pernah ada kata "adil" di dalam semua literatur dan kajian hukum yang saya pelajari._

_Justru di Islam banyak didapati kata "adil."_


Dia bercerita: 

_"Suatu hari, kami diskusi dan diantara kami ada seorang Profesor Yahudi ahli hukum._

_Dia bicara dan cerita tentang Islam secara negatif._

_Maka saya ingin membungkamnya dengan pertanyaan:_

_"Tahukah anda seberapa besar Kitab Hukum Waris di AS ?"_

_Dia jawab: "Iya. Lebih dari 8 jilid.."_


Lalu saya berkata: 

_"Jika saya datangkan Kitab Hukum Waris komplit hanya 10 halaman, dan itu ketentuan hukum waris dalam Islam, apa anda bisa mengatakan Islam itu agama benar ?"_


Dia jawab: _"Itu mustahil."_


_"Maka kuberikan kepadanya kompilasi ayat-ayat Quran tentang hukum waris."_


_"Beberapa hari kemudian dia mendatangiku dan berkata:_ 

_"Tidak mungkin akal manusia mampu menjabarkan waris dan hubungan kerabat dan mencakup semua pihak secara keseluruhan, sempurna dan adil serta tanpa menzhalimi seorangpun seperti itu."_


_"Dengan kata lain, dari isi ayat-ayat Al-Quran dari tema waris itu saja sudah dapat disimpulkan bahwa tak mungkin itu karya manusia, secerdas apapun dia, apalagi karya seorang Muhammad bin Abdillah yang tak pernah sekolah."_


_"Lalu profesor Yahudi itu pun masuk Islam."_


Tulisan ini dibuat saat Dr. Robert Crane berusia 91 th.

Yang ingin tahu lebih banyak tentang beliau bisa baca di Wikipedia atau membaca buku-buku tulisan beliau.


*******


Catatan tambahan:


Faruq Abdul Haq yang nama aslinya Dr. Robert Crane meninggal dunia Desember 2021 yang lalu sebagai muslim dalam usia 92 tahun. 


Semoga Almarhum dimuliakan Allah SWT disisiNya. 

Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin. 

๐Ÿ˜”๐Ÿ™❤๐Ÿ’•rika Serikat,  Richard Nixon, punya penasihat namanya Dr. Robert Crane.

Dia punya 2 titel Doktor dari Universitas Harvard, 

(1) bidang hukum umum,

(2) bidang hukum internasional.


Dia juga presiden Asosiasi Hukum Internasional Harvard University. Universitas paling top di Dunia. 


Dia juga menguasai 6 bahasa,  dan pendiri Pusat Modernisasi Amerika.


Di masa Presiden Nixon, dia diangkat jadi penasihat hukum Departemen Luar Negeri dan wakil Direktur Utama Keamanan Nasional.


Suatu hari, Presiden Nixon minta dinas inteligen AS untuk mengumpulkan informasi dan menulis laporan tentang Islam Fundamentalis. 


Maka mereka menulis laporan tebal tentang itu.

Lalu Presiden Nixon meminta Crane membaca laporan itu dan meringkasnya.


Crane melaksanakan tugasnya sambil menghadiri ceramah-ceramah dan seminar-seminar tentang Islam untuk memperluas wawasannya.


Ternyata, semua yang dia ketahui tentang Islam membuat Crane terkejut dan sangat terkesan. 


Singkat cerita, dia kemudian masuk Islam dan memilih nama baru yaitu: *Farooq Abdel Haq.* 

Nama yang bermakna: _'Pembeda antara yang hak dan yang batil, hamba Yang Maha Benar. '_


Dia menceritakan sebab masuk Islamnya:


_"Sebagai seorang ahli hukum saya mendapatkan semua hukum yang saya pelajari sudah ada di Islam secara lengkap dan ringkas pula._

_Bahkan ketika saya belajar di Harvard selama beberapa tahun,  tidak pernah ada kata "adil" di dalam semua literatur dan kajian hukum yang saya pelajari._

_Justru di Islam banyak didapati kata "adil."_


Dia bercerita: 

_"Suatu hari, kami diskusi dan diantara kami ada  seorang Profesor Yahudi ahli hukum._

_Dia bicara dan cerita tentang Islam secara negatif._

_Maka saya ingin membungkamnya dengan pertanyaan:_

_"Tahukah anda seberapa besar Kitab Hukum Waris di AS ?"_

_Dia jawab: "Iya. Lebih dari 8 jilid.."_


Lalu saya berkata: 

_"Jika saya datangkan Kitab Hukum Waris komplit hanya 10 halaman, dan itu ketentuan hukum waris dalam Islam, apa anda bisa mengatakan Islam itu agama benar ?"_


Dia jawab: _"Itu mustahil."_


_"Maka kuberikan kepadanya kompilasi ayat-ayat Quran tentang hukum waris."_


_"Beberapa hari kemudian dia mendatangiku dan berkata:_ 

_"Tidak mungkin akal manusia mampu menjabarkan waris dan hubungan kerabat dan mencakup semua pihak secara keseluruhan, sempurna dan adil serta tanpa menzhalimi seorangpun seperti itu."_


_"Dengan kata lain, dari isi ayat-ayat Al-Quran dari tema waris itu saja sudah dapat disimpulkan bahwa tak mungkin itu karya manusia, secerdas apapun dia, apalagi karya seorang Muhammad bin Abdillah yang tak pernah sekolah."_


_"Lalu profesor Yahudi itu pun masuk Islam."_


Tulisan ini dibuat saat Dr. Robert Crane berusia 91 th.

Yang ingin tahu lebih banyak tentang beliau bisa baca di Wikipedia atau membaca buku-buku tulisan beliau.


*******


Catatan tambahan:


Faruq Abdul Haq yang nama aslinya Dr. Robert Crane meninggal dunia Desember 2021 yang lalu sebagai muslim dalam usia 92 tahun. 


Semoga Almarhum dimuliakan Allah SWT disisiNya. 

Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin. 

๐Ÿ˜”๐Ÿ™❤๐Ÿ’•

Kamis, 18 Desember 2008

Analisa Geopolitik Serangan Mumbai

HTI-Press. Tanggal 26 November, Dunia menyaksikan pembunuhan massal yang terjadi di Mumbai, salah satu kota di India. Sekelompok pria bersenjata melancarkan operasi yang sangat kompleks sehingga mampu membuat pasukan komando India kewalahan. Awalnya, serangan ini nampak sederhana apabila dilihat dari tipe senjata dan ruang lingkup target serangan tersebut. Akan tetapi apabila dilihat dari sisi metoda infiltrasi ke kota, kerahasiaan operasi dan kedisiplinan dalam penyerangan ternyata kelompok tersebut sempat berhasil menduduki hotel Taj Mahal selama beberapa hari.

Pakistan dituding sebagai biang serangan ini oleh pemerintah India. Sejauh ini belum ada bukti kecuali pengakuan dari satu-satunya anggota kelompok bersenjata tersebut yang masih tertangkap hidup-hidup yaitu, Amir Kasab, yang mengaku sebagai anggota Lashkar-e-Taiba dan dilatih di Pakistan.

Kedatangan Menlu AS Condoleezza Rice di India sebagai respon terhadap serangan itu menimbulkan bocoran informasi ke media massa dan mengompori iklim untuk tidak saling tidakpercaya. Kedatangan Rice terjadi di saat adanya informasi dari bocoran media massa India dan AS yang menyalahkan kelompok Pakistan Lashkar e Taiba sebagai dalang serangan Mumbai. Salah satu pejabat India dikutip oleh harian Wall Street Journal bahwa India telah menamakan Yusuf Muzammil dari Lashkar e Taiba sebagai otak penyerangan Mumbai. Media massa India melaporkan bahwa India punya ‘bukti’ bahwa dinas intel (ISI) Pakistan terlibat dalam serangan Mumbai. Pentingnya lagi, harian New York Times mengutip sumber yang tidak mau disebut namanya di Departement Pertahanan AS yang mengatakan bahwa intelijen AS menemukan keterlibatan mantan perwira Pakistan dan dinas intel Pakistan dalam melakukan pelatihan terhadap penyerang Mumbai.

Tidak ada satupun bukti yang dipublikasikan untuk mengkonfirmasi semua tuduhan tersebut. Beberapa artikel telah meragukan tuduhan tentang penyerang yang tertangkap. Koran The Times dari London mengatakan bahwa pejabat Pakistan tidak berhasil mengkonfirmasi asal-asul Kasab di desa Faridkot di Punjab, sebagaimana yang dituduhkan oleh polisi India. Ternyata ada 3 desa lain di Punjab yang memiliki tiga nama tersebut.

India terus menuduh keterlibatan Pakistan dalam penyerangan. Pada tanggal 3 Desember, Condoleeza Rice mengatakan mendukung tuntutan India terhadap Pakistan untuk bersikap keras terhadap otak penyerangan tersebut. Sehari sesudah bertemu dengan Presiden Pakistan Zardari di Islamabad, Rice menyatakan bahwa Pakistan bersikap ’sangat fokus dan berkomitmen’ untuk ‘melawan terorisme’, serta menambahkan bahwa Pakistan harus ‘bekerjasama dengan penuh’ dengan India.

Karena Pakistan dianggap terlibat dalam penyerangan Mumbai maka Pakistan pun dipaksa untuk mencari dalang penyerangan tanpa ada satu bukti sedikitpun.

Gejolak domestik India

Dengan adanya pemilu di awal 2009 ada aspek penting dari serangan Mumbai yang sengaja terlewatkan yaitu peran sayap kanan grup Hindu yang sudah pernah terimplikasi dalam beberapa serangan bom di India yang berakibat pada kekerasan terhadap minoritas Muslim di India.

BJP sebagai koalisi partai-partai Hindu telah menggunakan isu pembantaian Gujarat dan Godhra sebagai kampanye politik. Dengan adanya pemilu May 2009 Kepala Satuan Anti Teror Hemant Karkare telah membongkar kaitan kelompok sayap kanan Hindu dengan ledakan yang terjadi pada kereta api Malegoan dan Samjauta, yang bertujuan untuk mengkambinghitamkan kelompok muslim. Kepala anti teror tersebut juga membongkar berbagai operasi beberapa kelompok radikal Hindu meski berada dibawah berbagai tekanan politik. Disamping itu ia juga sedang melakukan investigasi yang akan membongkar hubungan rahasia antara militer India dengan kelompok teror Hindu. Investigasi tersebut juga menunjukkan keterlibatan 3 perwira India dalam serangan teror yang tujuannya untuk menyalahkan umat muslim India. Dalam beberapa jam pertama serangan Mumbai, para penyerang yang tidak dikenal berhasil melakukan satu usaha: membunuh Hemant Karkare.

Sayap kanan kelompok Hindu memulai aksi kampanye politik di seluruh India untuk melawan pemerintahan India sekarang. Dua hari setelah serangan, beberapa reklame di halaman pertama di berbagai koran telah muncul dengan menunjukkan gambar hitam yang diwarnai dengan darah dan ditulisi slotan “Teror Brutal Menyerang Kapan Saja” dengan huruf-huruf besar. Reklame itu berakhir dengan kata-kata “Perangi Teror. Pilih BJP.” Ada juga reklame yang memuat ungkapan dari Atal Bihari Vajpayee, perdana menteri dari pemerintahan koalisi pimpinan BJP. Reklame juga mengomentari jatuhnya korban di Mumbai dan berkesimpulan,” Kita harus pilih pemerintah yang berani melawan teror habis-habisan.”

Sayap kanan grup Hindu juga membuat koalisi dengan BJP dan ingin melihat India bangkit sebagai negara adidaya yang bersekutu dengan Inggris. Mereka gembira dengan rencana AS untuk menjadikan India sebagai polisi wilayah di sana dan dengan senang hati berhadapan dengan Pakistan untuk mendapatkan posisi tersebut. Mereka pikir waktu sudah hampir habis dan tidak ingin keragu-raguan pemerintah menjadi penghalang terhadap tujuan mereka. Ketidakstabilan di Pakistan mulai terasa setelah serangan Mumbai yang digunakan sebagai alasan untuk memulai perang melawan Pakistan. Mengingat tantangan AS di Afghanistan saat ini, sungguh suatu kebetulan.

Opini masyarakat India pun mulai beralih dari keterkejutan menuju ke kemarahan. Pemerintah India saat ini sangat lemah secara politik dan akan mendekati akhir masa jabatannya. Ia tidak memiliki kekuatan politik untuk membiarkan dampak serangan itu berlalu begitu saja. Kalau dibiarkan, tentu pemerintahan India akan segera jatuh dan kaum nasionalis akan menggantikan perannya.

Posisi partai Konggres yang kini memimpin pemerintahan India juga semakin lemah setelah pejabat AS berkata kepada kantor berita Associated Press bahwa pemerintah India telah diperingatkan sebelumnya tentang akan adanya serangan terhadap Mumbai dari laut. Pembocoran informasi itu oleh AS di saat genting seperti ini tentu sangat menguntungkan posisi BJP.

Pakistan

AS dan India selama ini telah menuding keterlibatan dinas intel Pakistan (ISI) dan oknum militernya dalam mendukung dan melatih kelompok militan jihad. Untuk memahami tudingan seperti ini dan respon Pakistan terhadap tudingan seperti itu perlu mempelajari fakta tentang kelompok jihad dan peran yang mereka lakukan selama ini.

Invasi Soviet terhadap Afganistan di tahun 1979 tidak dilihat sebagai peristiwa yang berdiri sendiri yang tidak memiliki kepentingan geografis, namun adalah suatu hal yang diperebutkan terutama oleh AS yang melihatnya sebagai ancaman terhadap wilayah Teluk Persia. Operasi Cyclone adalah kode operasi rahasia CIA untuk mempersenjatai mujahedeen Afghan. AS juga memulai program untuk melatih kelompok Jihadi seperti teknik bom mobil dan pembunuhan dan melancarkan serangan lintas batas ke dalam wilayah USSR. Dukungan terhadap islamisasi dilihat sebagai suatu keperluan dan bermanfaat demi menghalau USSR. Dengan cara ini AS melalui Pakistan dan ISI melatih dan mendanai beberapa kelompok Jihadi.

AS pada akhirnya menghentikan seluruh dana setelah mundurnya Soviet dari Afghanistan di tahun 1989 dan meninggalkan Pakistan begitu saja sehingga Pakistan harus membersihkan situasi porak poranda akibat perang. Kerjasama antara tentara Pakistan, Mujahedeen dan ISI berarti hubungan yang sangat erat yang terjalin hingga 9/11. Setelah 9/11 para kelompok Jihadi, markas pelatihan dan dukungan Pakistan terhadap Taliban dianggap berlawanan dengan kepentingan AS. Maka ketika Musharraf memihak AS maka jalur dukungan terhadap kelompok Jihadi pun berakhir.

Perlu juga diingat bahwa Taliban dan seluruh kelompok mujahedeen tidak mampu bertahan tanpa dukungan Pakistan. Kelompok tersebut tidak pernah bergerak secara independen sehingga tidak bisa bertahan sendiri. Bagi AS program islamisasi sudah dianggap berakhir dan mengancam kepentingannya. Maka setelah 9/11 , AS bekerjasama dengan Musharraf untuk membalikkan arah islamisasi. Kenyataannya, AS menemukan banyak elemen tentara dan ISI menolak untuk menghentikan dukungan terhadap kelompok jihadi begitu saja. AS juga berusaha untuk membalikkan arah revolusi Islam yang awalnya ia dukung secara rahasia di Iran di tahun 1979, namun ternyata menemukan ganjalan dari kalangan militer, intelijen dan kehakiman.

Alasan-alasan inilah yang menjadikan Pakistan sebagai kambing hitam karena ia terinfiltrasi elemen radikal di dalam jajarannya. Musharraf diberi hadiah 10 bilyun dolar untuk membersihkan tentaranya dan melaksanakan operasi militer sepanjang garis Durand sesuai dengan data yang diberikan intelijen AS. Musharraf melakukan semua yang AS inginkan dan dalam beberapa peristiwa beberapa kompromi dilaksanakan dengan beberapa pemimpin suku untuk tidak memberikan dukungan kepada Taliban dan kelompok Jihadi. Namun, setelah 5 tahun berselang AS merasa strategi ini gagal dan Taliban justru bertambah lebih kuat.

Dalam hal ini serangan Mumbai digunakan untuk menekan Pakistan untuk membersihkan elemen Islam radikal dari militer Pakistan dan juga ISI. Pakistan juga dituduh melindungi markas pelatihan (yang dulu didanai AS selama invasi Soviet) yang harus diledakkan supaya AS dan NATO bisa memenangkan perang di Afghanistan. Tanpa kerjasama dengan Pakistan, AS akan terancam akan kehilangan kontrol dalam mengendalikan wilayah ini.

Geopolitik Wilayah

Presiden AS terpilih Barack Obama telah menyatakan secara jelas bahwa perang yang sesungguhnya bukanlah di Iraq tapi di sepanjang garis Durand di subkontinen. Pakistan berada tepat di tengah-tengah persaingan geopolitik. Namun, masalahnya bukan Afghanistan, tetapi Asia Tengah. Afghanistan menjadi masalah karena AS ternyata gagal mengendalikan Afghanistan setelah 5 tahun.

Kepentingan AS di wilayah ini terpusat untuk mengendalikan Cina dan berusaha untuk mengontrol kebangkitan Rusia yang ingin merangkul kembali bekas negara-negara bagian USSR dulu. AS di tahun 1990an melihat India sebagai kunci untuk mengontrol Cina dan akibatnya AS dengan berbagai perusahaan multinasional dan persenjataan bekerja untuk membangun India sebagai penyeimbang kekuatan Cina. Masalah terbesar yang kini dihadapi oleh aksis AS-India adalah beban keuangan yang cukup parah yang dialami India dalam mempertahankan kekuatan militer di Kashmir. Dengan demikian, kunci AS di wilayah ini adalah menyelesaikan isu Kashmir, sehingga bisa membebaskan India untuk lebih berkonsentrasi dalam perannya sebagai polisi regional. Akan tetapi elemen Islam yang berada di dalam militer Pakistan ternyata terus memberikan gangguan yang membuat frustasi.

Semua ini menunjukkan bahwa wilayah ini akan menjadi semakin penting dan Pakistan memegang kunci bagi AS untuk mendominasi. Dengan memperhatikan semua peristiwa yang ada maka ada beberapa skenario yang mungkin bisa terjadi:

Posisi Partai Konggres menjadi semakin lemah setelah terjadinya serangan Mumbai. Sayap kanan radikal India berhasil membentuk opini publik untuk menentang pemerintahan yang dipimpin Konggres tentang kegagalan keamanan dan perlindungan. Konggres terpaksa melakukan tindakan kalau tetap ingin berkuasa setelah pemilu 2009. India mungkin akan menempatkan pasukan sepanjang perbatasan India Pakistan, menyiagakan persenjataan nuklirnya, dan mungkin meledakkan beberapa bom di target-target tertentu untuk memuaskan opini domestik.

Melihat situasi saat ini India mungkin akan menyerang Pakistan dan mungkin juga akan melancarkan serangan dari udara terhadap target yang berada jauh di dalam wilayah Pakistan. Namun aksi ini akan menyulut kemarahan Pakistan sehingga akan sangat riskan untuk melakukannya.

Atau, India juga akan menampilkan sikap siaga-perang sebagai ancaman terhadap Pakistan untuk menuruti tuntutannya yaitu memberikan data intelijen dan membubarkan markas pelatihan grup jihadi. Namun skenario seperti ini akan dianggap lemah oleh publik India.

Bagi AS setiap konfrontasi antara India dan Pakistan akan berakibat kepada berpindahnya konsentrasi kekuatan militer Pakistan dari garis Durand menuju perbatasan India, yang artinya memberikan Taliban kebebasan baru untuk bergerak sekehendaknya. Maka AS dalam hal ini harus mengikuti tuntutan India untuk menaikkan keberadaan militernya menghadapi Pakistan dalam situasi siaga-perang. Tentunya, AS akan berada dalam posisi dilematis karena kekuatan militernya harus menjaga dirinya sendiri tanpa bantuan Pakistan. Lebih penting lagi, kalau saja ada peluru yang nyasar yang tertembak, atau rudal atau serangan tank yang terjadi diperbatasan, maka ini tentu akan segera memicu perang.

Baik India dan AS akan menaikkan taruhan untuk menantang elemen radikal yang menyisip didalam tubuh Pakistan. AS akan terus menekan pemerintah Pakistan untuk membongkar markas pelatihan kelompok jihadi, membom siapapun yang mendukungnya, dan membersihkan jajaran militer dan ISI-nya. Hal ini tentu akan menciptakan masalah baru bagi Pakistan karena pemerintahan yang dipimpin sipil Zardari adalah lemah dan tidak mampu mengendalikan komando militer. Inisiatif Zardari untuk mengirim Kepala ISI ke India ternyata menimbulkan malu. Kenyataannya Ketua ISI Letnan Jendral Ahmad Shuja Pasha justru hanya mengirim bawahannya, dimana hal ini menunjukkan kepada AS dan India bahwa elemen radikal dalam Pakistan adalah penyelenggara negara yang sesungguhnya.

Dalam jangka panjang ini berarti bahwa AS akan kembali membom target yang berada jauh di dalam Pakistan untuk melakukan tugas yang militer Pakistan pun segan untuk melakukannya. Namun kalau ini dilakukan AS akan memicu konfrontasi langsung dengan Pakistan dan militernya, dan sementara ini situasi AS di wilayah ini kurang mendukung untuk melancarkan operasi semacam ini.

Kebangkitan Pakistan

Islamabad sudah lama tidak bisa mengendalikan elemen radikal kelompok Islam. India di masa lalu juga tidak ingin mengobarkan perang melawan Pakistan dan lebih mementingkan isu domestik. Tentu saja New Delhi menerima janji Islamabad bahwa Pakistan akan melakukan yang terbaik untuk mencegah serangan teror, dan membiarkan ketegangan akibat adanya serangan terhadap Muslim. Namun pemerintahan India tidak akan berhenti begitu saja sekarang, apalagi setelah menjadi korban penyerangan Mumbai.

Bagi Pakistan, ia akan berhadapan dengan India dan AS yang tidak hanya datang untuk memberikan uang kepada Pakistan tapi juga akan diharapkan bahwa uang tersebut digunakan untuk menyerang warganegaranya sendiri, dan tidak akan terlalu sabar apabila Pakistan tidak bisa melakukannya dengan cepat. Pakistan juga menemukan dirinya terjepit dalam konflik geopolitik yang semakin ruwet sejak terjadinya serangan Mumbai. Hingga saat ini Pakistan tidak melakukan usaha untuk merubah situasi geopolitik yang sedang berkembang saat ini. Pemerintahan sipil yang dipimpin Zardari tidak memiliki kekuatan dan ia hanya menjadi sekedar boneka AS. Sementara itu elemen radikal (Islam) di dalam tubuh Pakistan sangat menyadari niat AS sesungguhnya dan berusaha membela Pakistan dari dominasi AS. Namun, justru pihak sekuler Pakistan yang menghambat usaha pembelaan tersebut.

Pakistan tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk merombak ulang negerinya sehingga mampu mempengaruhi panggung geopolitik secara substansial. Sebenarnya meskipun lemah, Pakistan memiliki semua faktor yang bisa membuatnya menjadi negara industrialis sehingga bisa menentukan nasibnya sendiri. Contohnya:

  1. Adalah Pakistan yang sebenarnya mendukung mesin perang AS di Afghanistan dengan memberikannya pasokan bahan bakar. Menurut para pakar, 80% dari bahan bakar yang AS gunakan untuk memobilisasi mesin tempurnya di Afghanistan dipasok oleh kilang energi Pakistan.
  2. Pakistan memiliki sumber daya alam dan mineral yang melimpah. Propinsi Baluchistan adalah sumber mineral dan memiliki potensi minyak dan gas bumi yang belum di eksploitasi secara maksimal.
  3. Setiap negara yang harus maju memerlukan cadangan energi yang besar untuk melakukan industrialisasi. Ketika negara-negara seperti Jepang dan Jerman yang terpaksa harus melakukan ekspansi teritorial untuk mendapatkan sumber energi, Pakistan tidak memiliki masalah itu. Pakistan tidak pernah kekurangan stok gas dan batubara. Pakistan memiliki rejeki kekayaan batubara, yang besarnya no 4 didunia. Ladang batubara Thar, yang terletak di Sindh adalah ladang terbesar di dunia. Ladang batubara Thar memiliki cadangan lignit yang meliputi luas 9000 kilometer persegi dan memiliki 175 bilyun ton batubara yang senilai dengan 618 bilyun barel minyak mentah. Cadangan sebesar ini mampu untuk mendukung kebutuhan industri hingga berabad-abad ke depan.
  4. Pakistan juga berhasil membangun swasembada industri kapal selam, tank, pemeliharaan pesawat tempur, amunisi, persenjataan, pesawat latih, pesawat tempur, dan kapal perang. Kompleks Penerbangan Pakistan adalah fasilitas industri pesawat terbesar ketiga di dunia untuk membangun pesawat.

Pakistan juga berhasil membangun fondasi industri sipil dan militer. Apa yang diperlukan sekarang adalah ekspansi kapasitas industri. Kini Pakistan sudah memiliki senjata nuklir, rudal balistik pengirimnya, dan program antariksa. Dengan kemauan politik yang kuat, yang hanya akan bisa dilakukan dengan kepemimpinan Islam akan menghantarkan Pakistan secara mudah sebagai negara yang akan diperhitungkan secara serius di tingkat global.

Pakistan perlu merombak tatanan ekonominya untuk menyelesaikan masalahnya dan menghadapi tantangannya. Apabila skenario yang berjalan sekarang tidak segera direspon dengan benar maka akan terjadi perpecahan pada diri Pakistan. Bedanya dengan Iraq, Pakistan memiliki semua potensi untuk melakukan perubahan. Ia hanya memerlukan kemauan politik. Pakistan harus bangkit untuk mampu menentukan nasibnya sendiri dan menjadi (bagian dari) Khilafah, sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah saaw. Maka wahai umat Pakistan, kalian adalah bagian penting dari umat Islam sedunia yang terhormat, mari bekerja bahu-membahu dengan Hizb ut Tahrir dan bangkit menghadapi pemimpin dan sistem yang ada sekarang dan menggantinya dengan sistem kepemimpinan Khilafah.

ูˆَุนَุฏَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ู…ِู†ูƒُู…ْ ูˆَุนَู…ِู„ُูˆุง ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชِ ู„َูŠَุณْุชَุฎْู„ِูَู†َّู‡ُู… ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ูƒَู…َุง ุงุณْุชَุฎْู„َูَ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ู…ِู† ู‚َุจْู„ِู‡ِู…ْ ูˆَู„َูŠُู…َูƒِّู†َู†َّ ู„َู‡ُู…ْ ุฏِูŠู†َู‡ُู…ُ ุงู„َّุฐِูŠ ุงุฑْุชَุถَู‰ ู„َู‡ُู…ْ ูˆَู„َูŠُุจَุฏِّู„َู†َّู‡ُู… ู…ِّู† ุจَุนْุฏِ ุฎَูˆْูِู‡ِู…ْ ุฃَู…ْู†ًุง ูŠَุนْุจُุฏُูˆู†َู†ِูŠ ู„َุง ูŠُุดْุฑِูƒُูˆู†َ ุจِูŠ ุดَูŠْุฆًุง ูˆَู…َู† ูƒَูَุฑَ ุจَุนْุฏَ ุฐَู„ِูƒَ ูَุฃُูˆْู„َุฆِูƒَ ู‡ُู…ُ ุงู„ْูَุงุณِู‚ُูˆู†َ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An-Nur [24]: 55)

(Sumber: Khilafah.Com, Adnan Khan, Terjemahan Rusydan)

Selasa, 25 November 2008

Adam Malik Agen CIA ? Mungkin Saja

Urusan dengan CIA memang selalu menimbulkan kontroversi. Kali ini Adam Malik, mantan wakil presiden Indonesia dituding agen CIA. Adalah buku Tim Weiner yang berjudul Kegagalan CIA: Spionase Amerika Sebuah Negara Adi Daya, yang mengungkap bahwa Adam Malik agen CIA.

Buku yang judul aslinya Legacy of Ashes ini mengutip perkataan Clyde Mc Avoy, pejabat tinggi CIA yang menyatakan telah merekrut Adam Malik sebagai agen dan mengontrolnya. Lewat Adam Malik ini pula konon CIA mengucurkan dana 10 ribu US dollar untuk membiayai aksi pembasmian Gestapu.

Tim Weiner sendiri bukan penulis amatiran. Disampin berpengalaman menjadi wartawan The New York Times, Weiner mengatakan telah melakukan investigasi dalam waktu yang lama. Menurutnya buku ini bersifat on the record, tidak ada sumber tanpa nama, kutipan tanpa identitas pembicara atau gossip. Weiner juga dikenal penulis handal yang pernah mendapat penghargaan.

Keluarga Adam Malik segera mengecam tudingan ini. Pakar sejarah Asvi Warman mengatakan hal itu sebagai fitnah. Tidak jauh berbeda, Jusuf Kalla yakin tidak mungkin Adam Malik seorang agen CIA. Menurutnya profesi Adam Malik sebagai wartawan yang memiliki kenalan yang luas memungkinkan dia untuk kontak dengan siapa saja.

Tentu saja sulit untuk membuktikan Adam Malik benar-benar seorang agen. Namun, bukan berarti hal itu menutup kemungkinan Adam Malik adalah memang benar-benar agen. Sebab tidak bisa dipungkiri Adam Malik adalah pemain politik utama saat itu. Sementara Amerika Serikat jelas punya kepentingan untuk merekrut agen-agennya. Apalagi AS saat itu adalah era perang dingin. Negara adi daya ini yang saling berebut kekuasaan untuk mendominasi dunia dengan Soviet yang berideologi Komunisme. Negara Paman Sam ini juga saat itu berusaha menghentikan pengaruh Inggris sebagai negara penjajah lama diseluruh pelosok dunia.

Mendudukan para agen pada jabatan dan profesi strategis menjadi sangat penting . Seperti jabatan politik kepala negara, menteri, pemimpin militer atau kepolisian. Termasuk profesi wartawan yang pernah digeluti oleh Adam Malik. Keterlibatan pemerintah AS, dengan memanfaatkan wartawan sebagai agen intelijen mereka, sudah terjadi sejak Perang Dingin. Seperti yang ditulis surat kabar New York Times, “Sejak berakhirnya Perang Dunia II, lebih dari 30 atau bahkan 100 wartawan Amerika dari sejumlah organisasi berita dilibatkan sebagai pekerja operasi intelijen yang dibayar sementara menjalankan tugas-tugas reportasenya. Jadi siapapun tidak tertutup kemungkinan menjadi agen, termasuk Adam Malik .

Bahwa terdapat politisi termasuk kepala pemerintahan yang menjadi kaki tangan asing juga bukan barang baru. Berdirinya negara kerajaan Saudi Arabia misalnya tidak lepas dari campur tangan asing. Pada tahun 1902, Abdul Aziz menyerang dan merebut kota Riyadh dengan membunuh walinya (Gubernur Khilafah ar-Rasyid). Pasukan Aziz terus melakukan penaklukan dan membunuh pendukung Khilafah Utsmaniyah dengan bantuan Inggris.

Salah satu sahabat dekat Abdul Aziz Abdurrahman adalah Harry St. John Pilby, yang merupakan agen Inggris. Philby menjuluki Abdul Aziz bin Abdurrahman sebagai “Seorang Arab yang Beruntung”, sementara Abdul Aziz menjulukinya dengan “Bintang Baru dalam Cakrawala Arab”. Philby adalah orang Inggris yang ahli Arab yang telah lama menjalin hubungan baik dengan Keluarga Sa‘ud sejak misi pertamanya ke Nejed pada tahun 1917. Pada tahun 1926, Philby tinggal di Jeddah. Dikabarkan kemudian, Philby masuk Islam dan menjadi anggota dewan penasihat pribadi Raja pada tahun 1930.

Kerjasama Dinasti Sa‘ud dengan Inggris tampak dalam perjanjian umum Inggris-Arab Saudi yang ditandatangani di Jeddah (20 Mei 1927). Perjanjian itu, yang dirundingkan oleh Clayton, mempertegas pengakuan Inggris atas ‘kemerdekaan lengkap dan mutlak’ Ibnu Sa‘ud, hubungan non-agresi dan bersahabat, pengakuan Ibnu Sa‘ud atas kedudukan Inggris di Bahrain dan di keemiran Teluk, serta kerjasama dalam menghentikan perdagangan budak (Lihat: Goerge Lenczowsky, Timur Tengah di Tengah Kencah Dunia, hlm. 351). Dengan perlindungan Inggris ini, Abdul Aziz (yang dikenal dengan Ibnu Sa‘ud) merasa aman dari berbagai rongrongan.

Bisa disebut hampir semua penguasa negeri ketiga tidak bisa dilepaskan dari pengaruh asing dari dulu hingga kini. Sekarang terdapat Musharaf yang jelas-jelas agen AS yang kemudian digulingkan , atau pemerintah boneka Irak dan rezim Karzay di Afghanistan. Termasuk rezim Mahmud Abbas di Palestina, bukan mustahil pula termasuk penguasa Indonesia.

Untuk membuktikan bahwa mereka agen CIA jelas tidak gampang. Disamping hal tersebut tidaklah begitu penting. Yang lebih penting adalah mengetahui siapa yang menjadi kaki tangan asing. Dan hal itu bisa dilihat dari indikasinya. Siapapun termasuk penguasa bisa dikatakan sebagai kaki tangan asing dengan melihat dukungan mereka terhadap kebijakan-kebijakan negara penjajah kapitalis. Siapapun yang melakukan itu pantas dicap sebagai kaki tangan negara penjajah dan pengkhianat.

Mereka adalah penguasa yang tega membunuh rakyat sendiri atas nama perang melawan terorisme ala AS seperti yang dilakukan penguasa Pakistan. Mereka yang mengikuti seluruh instruksi IMF dan Bank Dunia meskipun harus memiskinkan rakyatnya sendiri. Membuat undang-undang yang lebih memihak kepada kepentingan negara penjajah atau perusahaan asing. Kalau Adam Malik dituding agen CIA karena menerima bantuan dana 10 ribu dollar . Hal sama harus kita pertanyakan pada penguasa yang menerima dana asing berupa utang luar negeri yang justru dijadikan alat untuk mendikte bangsa sendiri. Dan jumlahnya tentu lebih besar dari 10 ribu dollar.

Termasuk penguasa yang memberikan jalan bagi asing untuk memecah belah Indonesia atas nama demokrasi dan kebebasan pendapat. Terdapat pula LSM komprador yang menerima dana luar negeri untuk memerangi upaya penegakan syariah Islam karena khawatir syariah Islam akan menghentikan penjajahan Tuan Kapitalisme mereka . Kita harus berani mengatakan mereka adalah kaki tangan asing dan pengkhianat. Sikap kita juga harus tegas mengecam dan menolak mereka. Karena mereka adalah pengkhianat ! (Farid Wadjdi)

Dikutip dari www.hizbut-tahrir.or.id

Kamis, 20 November 2008

Memakai Jilbab Hukumnya Wajib. Mengapa Dipersoalkan?

[Al-Islam 430] Sangat pilu! Itulah perasaan seorang gadis Muslimah yang bernama Winie Dwi Mandella, petugas medis di RS Mitra Keluarga Bekasi Barat. Betapa tidak, di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim ini ia mendapatkan perlakuan yang sangat tidak adil; dipecat dari rumah sakit tempat kerjanya hanya karena mengenakan jilbab/kerudung.

Kisah malang yang menimpa Winie semakin menambah panjang kasus-kasus serupa di tempat lain dan institusi yang berbeda. Puluhan tahun silam, Januari 1983, misalnya, SMAN 68 Jakarta Pusat pernah melarang salah seorang siswinya mengikuti pelajaran karena mengenakan jilbab. Ia dianggap tidak mematuhi aturan seragam sekolah. Hal serupa terjadi di SMAN 33 Jakarta.

Masih ingat dengan kasus pemecatan Hadis dan Dewi? Mereka adalah dua mahasiswi Akper Muhammadiyah Banjarmasin yang dikeluarkan lantaran tidak menaati aturan berpakaian yang ditetapkan oleh institusi tempatnya belajar. Keduanya dikeluarkan hanya karena mengenakan jilbab yang mereka yakini lebih sempurna. Ini terjadi pada tahun 2003.

Setahun lalu (2007), di Jawa Timur, juga ada larangan berjilbab bagi peserta seleksi calon anggota Paskibraka di Kabupaten Kediri. Di Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta memperketat aturan berjilbab bagi para mahasiswinya. Di Bandung, juga terjadi pelarangan jilbab bagi perawat di Rumah Sakit Kebonjati.

Sebetulnya, masih banyak kasus serupa di banyak tempat lain di Indonesia, yang mungkin sebagiannya tidak terungkap oleh media secara nasional. Jelas, ini ironis sekali. Pasalnya, Indonesia bukan seperti negara-negara Barat yang jelas-jelas kufur. Indonesia mengklaim bukan negara sekular. Bahkan tertuang dalam UUD 1945, pasal 29: Negara memberikan jaminan kebebasan bagi warga negaranya untuk menjalankan kehidupan beragamanya.

Muslimah di belahan dunia lain juga tidak kalah pilunya. Mereka mendapatkan perlakuan tidak adil dan biadab. Turki, misalnya, yang mayoritas penduduknya Muslim dan pernah menjadi pusat pemerintahan Islam selama berabad-abad lamanya, melarang mahasiswanya untuk mengenakan jilbab ke kampus. Demi mempertahankan jilbabnya, banyak gadis berjilbab yang akhirnya putus sekolah dan lebih memilih tinggal di rumah daripada pergi ke kampus dengan rambut terurai.

Di Jerman, wilayah larangan berjilbab semakin meluas. Dari 16 negara bagian, 8 negara bagian telah memberlakukan larangan tersebut. Dikatakan, larangan berjilbab diadakan untuk menghindari seseorang dari pengaruh. Tidak jelas pengaruh apa yang dimaksud.

Di Prancis, Presiden Jacques Chirac telah memberlakukan undang-undang yang juga melarang penggunaan jilbab bagi Muslimah.

Di Belanda, Maret 2006, Geert Wilders yang merupakan salah seorang anggota parlemen sayap kanan menggelindingkan bola liar dengan mengusulkan larangan mengenakan burqa (termasuk juga jilbab). Ia mengatakan bahwa burqa akan menjadi musuh kaum perempuan. Apa yang dilontarkan oleh Wilders berbuntut pada munculnya peraturan yang melarang pemakaian burqa secara nasional di seluruh wilayah Belanda pada Desember 2006.

Di Inggris, November 2004, jilbab juga kembali dilecehkan. Saat ini dilontarkan oleh institusi tertinggi kedua dalam Keuskupan Inggris. Pernyataan itu berasal dari Uskup York, John Sentanu, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar British Daily Mail. Ia menyatakan bahwa jilbab tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan.

Larangan berjilbab juga diberlakukan di Swedia dan Belgia.

Di Spanyol jilbab dituduh sebagai simbol penindasan terhadap kaum perempuan. Padahal Spanyol telah mengakui Islam berdasarkan undang-undang kebebasan beragamanya yang disahkan pada Juli 1967.

Di Nigeria jilbab di sekolah serta penggunaan celana panjang dan peci untuk laki-laki juga dilarang.

Bahkan di negara Timur Tengah seperti Tunisia pun terjadi hal yang sama. Saat kepemimpinan Presiden Tunisia Habib Bouruiba, tahun 1981 Tunisia meratifikasi UU nomor 108 yang melarang wanita Muslimah di Tunisia mengenakan jilbab di lembaga-lembaga pemerintahan. Puncaknya, Pemerintah Tunisia bahkan ‘mengharamkan’ wanita berjilbab ‘masuk’ dan dirawat di rumah sakit negara. Lebih ‘biadab’ lagi, pemerintah telah melarang ibu-ibu hamil melahirkan anaknya di rumah sakit negara lantaran berjilbab. Bahkan saking kalapnya dalam aksi pemberangusan jilbab, pada September 2006, pemerintah Tunisia menggelar sebuah operasi pengamanan dengan mengobrak-abrik berbagai toko yang di dalamnya menjual boneka berjilbab, ‘Fulla’.

Inilah potret Muslimah yang selalu menjadi korban pertama dan utama dalam setiap penerapan sekularisme radikal. Mereka juga sekaligus korban dari apa yang disebut dengan ‘Islamophobia’ (ketakutan dan kebencian terhadap Islam).

Pejuang HAM Diam, Penguasa Tak Peduli

Dalam banyak kasus larangan jilbab, berbagai LSM/kelompok-kelompok pejuang HAM lebih banyak diam. Kemana pula para pegiat isu gender? Bukankah para Muslimah juga perempuan yang harus diperjuangkan hak publiknya? Mungkin karena kasus larangan jilbab justru menguntungkan mereka. Pasalnya, selama ini mereka bekerja seolah untuk sebuah ‘proyek’: menyudutkan Islam dan kaum Muslim. Saat Islam dan kaum Muslim sedang tersudut, mereka diam. Ketika ada peluang untuk menyudutkan Islam dan kaum Muslim, dengan cepat mereka bereaksi. Contohnya dalam kasus poligami Aa Gym beberapa waktu lalu atau pernikahan Syekh Puji-Ulfa baru-baru ini.

Di sisi lain, penguasa pun seolah tidak peduli terhadap kasus-kasus sensitif yang menimpa umat Islam, termasuk kaum Muslimah, khususnya dalam kasus larangan jilbab. Padahal, bandingkan dengan dulu saat umat Islam berada dalam naungan Kekhilafahan Islam dan penerapan syariah Islam, serta dipimpin oleh para khalifah yang adil dan amanah. Pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah, misalnya, pernah seorang Muslimah berteriak, “Wahai al-Mu’tasim! Di manakah engkau?!” Muslimah itu ditawan oleh Kerajaan Romawi di Malta. Di sana ia dilecehkan kehormatannya sekaligus diperlakukan dengan sangat buruk. Meski ia sangat jauh di Malta, beritanya telah tersebar dari orang ke orang hingga sampai juga kepada Khalifah.

Dengan cepat Khalifah al-Mu’tashim bereaksi. Tidak tanggung-tanggung. Ia lalu mengumandangankan jihad terhadap Kerajaan Romawi. Secepat kilat, Khalifah al-Mu’tashim berikut puluhan ribu bala-tentara kaum Muslim bergerak menuju kota Ammuriyah di Romawi, untuk kemudian menaklukan Kerajaan Romawi saat itu juga. Demikianlah, hanya demi melindungi seorang Muslimah, Khalifah tak segan-segan mengumandangkan perang jihad melawan siapa saja yang melecehkan Islam dan kaum Muslim.

Bagaimana dengan nasib ribuan—bukan hanya seorang—Muslimah pada hari ini yang bernasib buruk? Mereka bukan saja dilarang berjilbab, bahkan sebagiannya dilecehkan kehormatannya dan diperkosa oleh orang-orang kafir, sebagaimana telah banyak terjadi di Palestina, Irak dan Afganistan. Tak ada satu pun penguasa Muslim yang tersentuh kemudian tergerak untuk melindungi mereka.

Islamophobia Vs Keagungan Islam

Berbagai kasus pelarangan jilbab di Indonesia maupun di luar negeri, khususnya di negara-negara Barat, boleh dikatakan merupakan wujud dari masih bercokolnya sikap Islamophobia (ketakutan dan kebencian terhadap Islam), baik di kalangan umat Islam sendiri maupun kalangan non-Muslim.

Tentu aneh jika ada kalangan Islam yang malah phobi (takut) terhadap Islam. Adanya ketakutan dan kebencian kaum kafir terhadap Islam juga tak kalah anehnya. Pasalnya, sepanjang sejarah, saat umat Islam menjadi pemimpin dan syariah Islam diterapkan, Islam adalah agama yang senantiasa menjamin keamanan, keselamatan dan kebebasan kaum minoritas non-Muslim dalam beribadah sesuai dengan keyakinan mereka. Ini sudah berlaku sejak masa Rasulullah saw. dan tetap dilaksanakan oleh para khalifah sepeninggal Beliau. Kebijakan yang begitu ramah terhadap non-Muslim ini terus berlangsung selama berabad-abad lamanya sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam.

Karen Amstrong dalam bukunya, Holy War, menggambarkan saat-saat penyerahan kunci Baitul Maqdis kepada Khalifah Umar bin al-Khathathab kira-kira sebagai berikut, “Pada tahun 637 M, Umar bin Khaththab memasuki Yerusalem dengan dikawal oleh Uskup Yunani Sofronius. Sang Khalifah meminta agar ia segara dibawa ke Haram asy-Syarif dan di sana ia berlutut berdoa di tempat Nabi Muhammad saw. melakukan perjalanan malamnya. Sang Uskup memandang Umar penuh dengan ketakutan. Ia berpikir, ini adalah hari penaklukan yang akan dipenuhi oleh kengerian yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel. Pastilah, Umar adalah sang Anti Kristus yang akan melakukan pembantaian dan menandai datangnya Hari Kiamat. Namun, kekhawatiran Sofronius sama sekali tidak terbukti.”

Setelah itu, penduduk Palestina hidup damai dan tenteram; tidak ada permusuhan dan pertikaian meskipun mereka menganut tiga agama besar yang berbeda: Islam, Kristen, dan Yahudi.

Apa yang dilakukan Khalifah Umar ra. jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh tentara Salib pada tahun 1099 M. Ketika mereka berhasil menaklukkan Palestina, kengerian, teror, dan pembantaian disebarkan hampir ke seluruh kota. Selama dua hari setelah penaklukkan, 40.000 kaum Muslim dibantai. Pasukan Salib berjalan di jalan-jalan Palestina dengan menyeberangi lautan darah. Keadilan, persatuan, dan perdamaian tiga penganut agama besar yang diciptakan sejak tahun 1837 oleh Khalifah Umar ra. hancur berkeping-keping.

Meskipun demikian, ketika Shalahuddin al-Ayyubi berhasil membebaskan Kota al-Quds pada tahun 1187 M, beliau tidak melakukan balas dendam dan kebiadaban yang serupa. Karen Armstrong menggambarkan penaklukan kedua kalinya atas Yerusalem ini sebagai berikut, “Pada tanggal 2 Oktober 1187, Salahuddin dan tentaranya memasuki Yerusalem sebagai penakluk dan selama 800 tahun berikutnya Yerusalem tetap menjadi kota Muslim. Salahuddin menepati janjinya. Ia menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Ia tidak berdendam untuk membalas pembantaian tahun 1099…”

Perlakuan Kekhilafahan terakhir, Khilafahan Utsmaniyah, terhadap kaum non-Muslim dilukiskan sejarahwan Inggris, Arnold J. Toynbee, dalam bukunya, Preaching of Islam, “Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Ottoman—selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani—telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa…”

Demikianlah, dengan secuil fakta sejarah di atas, jelas tidak seharusnya orang-orang non-Muslim, apalagi kaum Muslim, tetap mengidap Islamophobia. Sebab, Islam datang memang untuk menebarkan rahmat bagi seluruh umat manusia. Mahabenar Allah SWT yang berfirman:

Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluuruh alam (QS. Al-Anbiya [21]: 107).[]